YELLOW FEVER VIRUS (DEMAM KUNING)
Yogyakarta, 19 Oktober 2024
Demam kuning (Yellow Fever) adalah penyakit demam dengan perdarahan (hemoragik) akut, disebabkan virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Virus yellow fever tergolong dalam genus Flavivirus (kelompok besar virus RNA). Di kawasan hutan, secara alamiah virus demam kuning hidup dan memperbanyak diri pada tubuh hewan primata, biasanya monyet dan simpanse. Virus ini dapat ditularkan ke manusia melalui perantara (vektor) nyamuk.
Demam kuning merupakan penyakit endemik di daerah tropis Afrika serta Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Perantara penyakit demam kuning di kawasan hutan Afrika adalah nyamuk Aedes africanus (terutama) dan spesies Aedes lainnya. Di Amerika Selatan, vektor utamanya adalah spesies Haemagogus dan Sabethes. Di daerah perkotaan dari Afrika dan Amerika Selatan, vektornya adalah Aedes aegypti. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya. Tingkat kematian penyakit ini berkisar 20-50%, namun pada kasus berat dapat lebih dari 50%. Jenis virus ini yang digunakan sebagai pembawa pada vaksin JE (Japanese Encephalitis).
Gejala, Tanda, dan Masa Inkubasi
Setelah kontak dengan nyamuk yang terinfeksi, virus akan mengalami masa inkubasi di dalam tubuh selama 3 sampai 6 hari diikuti oleh infeksi yang dapat terjadi selama satu atau dua tahap. Fase pertama adalah fase akut. Fase ini biasanya menyebabkan demam, nyeri otot terutama pada bagian punggung, sakit kepala, menggigil, kehilangan nafsu makan, dan mual atau muntah. Sebagian besar pasien akan pulih setelah 3 sampai 4 hari. Namun, sebanyak 15% dari pasien akan memasuki fase kedua yang lebih beracun dalam waktu 24 jam. Fase kedua ditandai dengan kerusakan hati dengan jaundis/ikterik atau kulit menjadi berwarna kuning, urin gelap, sakit perut, gagal ginjal, meningitis dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Setengah dari pasien yang mengalami fase beracun meninggal dalam waktu 7 sampai 10 hari, sisanya sembuh tanpa kerusakan organ yang signifikan.
Transmisi (Cara Penularan)
Tipe Sylvatic (Jungle Yellow Fever)
Terjadi di hutan hujan tropis
Nyamuk menggigit monyet terinfeksi virus demam kuning.
Kemudian nyamuk ini akan menggigit monyet lain atau manusia yang masuk ke hutan
Tipe Intermediet
Virus dapat ditularkan dari monyet ke manusia atau dari manusia ke manusia melalui nyamuk
Tipe ini paling sering terjadi di Afrika
Tipe Perkotaan
Penularan virus antar manusia melalui nyamuk, terutama Aedes Aegypti
Jenis transmisi ini sangat rentan menyebabkan wabah penyakit demam kuning dalam area yang lebih luas
Masyarakat akan menjadi rentan ketika tidak memiliki kekebalan karena kurangnya vaksinasi
Penegakan Diagnosis
Penyakit demam kuning sulit untuk didiagnosis, terutama saat tahap awal karena dapat terdeteksi sebagai penyakit lain seperti malaria, leptospirosis, hepatitis (terutama bentuk fulminan), demam berdarah lainnya, infeksi flavivirus lain (seperti DBD), dan keracunan. Tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam darah dan urin dapat mendeteksi virus pada tahap awal penyakit. Untuk tahap selanjutnya, diperlukan tes untuk mengidentifikasi antibodi dengan ELISA dan PRNT.
Pengobatan dan Tata Laksana Kasus
Saat ini tidak ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk demam kuning, sebagian besar pasien yang mengalami gejala demam kuning ringan akan hilang dalam waktu tiga sampai empat hari. Terapi suportif ditujukan langsung untuk memperbaiki kehilangan cairan dan mempertahankan stabilitas hemodinamik.
Penilaian Risiko Penyebaran di Indonesia
Belum pernah dilaporkan keberadaan kasus demam kuning di Indonesia.
Belum pernah dilaporkan keberadaan vektor nyamuk Haemagogus dan Sabethes di Indonesia.
Risiko importasi sedang bagi Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia memberlakukan syarat bagi pelaku perjalanan yang menuju dan datang dari negara terjangkit harus memiliki sertifikat vaksinasi yang masih valid
Pencegahan Demam Kuning
Pengendalian Vektor
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menguras, Menutup, dan Memanfaatkan/Mendaur ulang, ditambah dengan upaya mekanik lain yang terbukti bermanfaat (PSN 3M Plus)
Pengendalian secara biologi dengan menggunakan agent biologi
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida kimia
Pengendalian vektor secara terpadu
Pemberian Kekebalan melalui Vaksinasi
Penyakit demam kuning dapat dicegah melalui vaksin. Dosis tunggal vaksin demam kuning sudah cukup untuk memberikan kekebalan yang berkelanjutan dan perlindungan terhadap penyakit demam kuning sehingga tidak memerlukan dosis vaksin booster. Berikut ini adalah tata cara pemberian vaksin demam kuning :
Vaksinasi demam kuning harus dilakukan oleh pelaku perjalanan yang akan bepergian atau tinggal di negara/wilayah negara endemis dan/atau terjangkit kejadian luar biasa demam kuning
Vaksinasi ini dilakukan selambat-lambatnya 10 hari sebelum berangkat
Vaksinasi demam kuning dapat dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan terdekat
Konsumsi ramuan tusyifa raga minimal 1x per minggu dan tusyifa lara maksimal 2x per minggu dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh.