PARAMYXOVIRUS
CAMPAK, PAROTITIS/GONDONGEN, PARAINFLUENZA dan RSV (Respiratory Syncytial Virus)
CAMPAK, PAROTITIS/GONDONGEN, PARAINFLUENZA dan RSV (Respiratory Syncytial Virus)
PARAMYXOVIRUS
Yogyakarta, 2 November 2024
Paramyxovirus adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit campak, gondongan, dan infeksi saluran pernapasan. Virus ini dapat menyebar dengan cepat, sehingga berbagai langkah pencegahan perlu dilakukan.
Paramyxovirus tersebar melalui percikan/droplet air liur saat batuk maupun bersin. Virus ini dapat menjangkiti hewan, lalu menyebar ke manusia. Oleh karenanya, perlu untuk mengetahui berbagai penyakit yang disebabkan oleh paramyxovirus dan langkah pencegahan infeksinya. Paramyxovirus tergolong jenis virus RNA. Yang termasuk dalam famili paramyxovirus adalah morbillivirus, rubulavirus, respirovirus, dan respiratory syncytial virus (RSV). Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus golongan ini:
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi morbillivirus pada saluran pernapasan. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, batuk, pilek, dan ruam kulit di sekujur tubuh yang berlangsung hingga 7 hari. Jika dibiarkan, campak dapat menimbulkan komplikasi, seperti radang otak, infeksi telinga, pneumonia, dan buta. Untuk dapat meredakan campak, penderitanya disarankan memperbanyak minum air putih, mengonsumsi obat pereda demam, tidur yang cukup, serta konsumsi buah2an berwarna merah. Ramuan yang dapat mempercepat pemulihan kondisi ini adalah Tusyifa Raga 1x pagi dan Tusyifa Abato 1x malam selama 1-2 minggu.
Gondongan adalah penyakit yang disebabkan (salah satunya) oleh virus golongan paramyxovirus yang menyerang kelenjar parotis -kelenjar yang memproduksi air liur- dan memicu pembengkakan pada pipi hingga bawah rahang. Umumnya diakibatkan rubulavirus. Gondongan juga dapat menimbulkan gejala, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Meski pada umumnya tidak bahaya, namun gondongan dapat menimbulkan komplikasi, seperti meningitis dan radang testis.
Gondongan atau parotitis dapat menular melalui:
Droplet atau butiran kecil dari percikan ludah atau air liur saat penderita parotitis atau gondongan bicara atau bernapas
Batuk dan bersin, yang dropletnya terhirup oleh orang-orang sekitarnya
Menyentuh benda yang tercemar (tertempel) droplet, kemudian menyentuh hidung dan mulut tanpa cuci tangan lebih dulu
Berbagi alat makan dan minum dengan penderita
Umumnya gejala muncul 12–25 hari setelah terjadi infeksi, dengan tanda berupa pembengkakan kelenjar parotis sehingga pipi dan rahang tampak membengkak. Beberapa gejala yang umum pada penderita gondongan :
Pipi bengkak akibat pembengkakan kelenjar parotis (satu sisi atau kedua sisi)
Demam hingga ±39°C
Sakit kepala
Nyeri kunyah atau telan
Mulut kering
Nyeri sendi dan nyeri perut
Mudah lelah
Hilang nafsu makan
Sebagaimana penyakit virus self limited lainnya, gondongan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu. Untuk meredakan keluhan dan mengurangi gejala sakit dapat dilakukan:
Konsumsi obat pereda demam dan nyeri (bila perlu)
Memperbanyak minum air putih
Mengkonsumsi makanan yang lunak untuk menghindari rasa nyeri saat menelan
Hindari konsumsi yang dingin2 (es dan makanan/minuman yang baru dikeluarkan dari lemari pendingin)
Istirahat yang cukup
Mengkompres area bengkak untuk meredakan rasa sakit dengan air hangat atau air dingin
Tidak berinteraksi atau membatasi interaksi dengan orang lain untuk mencegah penularan
Ramuan tusyifa yang dapat membantu mempercepat pemulihan kondisi ini adalah Tusyifa Raga 2x pagi-siang dan Tusyifa Lara malam 1x selama 1-2 minggu.
Seperti yang banyak kita ketahui, pada masa lalu sering dilakukan pemberian kalung buah pace (mengkudu) atau bedak abu/blau pada penderita gondongan (parotitis), apakah dapat menyembuhkan? Namun, tidak ada bukti bahwa kalung buah pace dan penggunaan bedak abu/blau dapat menyembuhkan gondongan. Kemungkinan orang tua (jaman dahulu) memberi kalung pace atau bedak dari abu/blau pada anak yang sakit gondongan, bertujuan untuk mencegah anak keluar rumah (karena malu) sehingga dapat istirahat di rumah dan tidak berisiko menularkan pada anak yang lainnya. Parotitis/gondongan dapat dicegah dengan memberikan imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) pada anak-anak. Selain imunisasi, pencegahan gondongan juga dapat dilakukan dengan cara berikut:
Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan atau setelah berada dari tempat/lingkungan yang berisiko
Tidak berbagi peralatan mandi atau makan dengan penderita gondongan (protitis)
Menerapkan etika batuk, seperti menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk dan bersin
Parainfluenza adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi respirovirus pada saluran pernapasan. Berbeda dengan influenza, penyakit ini menimbulkan gejala yang lebih ringan, seperti batuk, radang tenggorokan, bersin, demam, sakit telinga, dan nafsu makan menurun. Parainfluenza lebih berisiko dialami balita dan lansia. Hindari konsumsi pereda nyeri golongan aspirin, karena dapat memperberat kondisinya. Ramuan yang dapat mempercepat pemulihan kondisi ini adalah Tusyifa Tukigota 1x siang dan Tusyifa Abato 2x pagi-malam selama seminggu.
Infeksi saluran pernapasan lainnya, seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), bronkiolitis, dan pneumonia, dapat disebabkan oleh RSV (Respiratory Syncytial Virus). Virus ini lebih rentan terjadi pada bayi di bawah usia 6 bulan, anak-anak, dan lansia. Infeksi akibat RSV dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti hidung meler atau tersumbat, bersin, batuk, dan demam. Berbagai gejala ringan dapat diredakan dengan pereda panas. Selain itu, hindari paparan asap rokok dan perbanyak minum air putih untuk membantu meredakan gejalanya. Sama seperti parainfluenza, jika bayi atau anak mengalami infeksi akibat RSV, jangan diberi golongan aspirin. Ramuan yang dapat membantu mempercepat pemulihan kondisi ini adalah Tusyifa Tukigota 1x siang dan Tusyifa Abato 2x pagi-malam selama seminggu.
Mencegah Infeksi Paramyxovirus
Setelah mengetahui cara penularan paramyxovirus serta berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan, penting untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak terinfeksi. Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil:
Lakukan vaksinasi MMR
Jaga kebersihan diri dengan mencuci tangan dengan benar
Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan
Segera bersihkan diri setelah kontak langsung dengan hewan, karena tidak menutup kemungkinan hewan tersebut membawa paramyxovirus
Jangan beraktivitas di luar rumah ketika tubuh sedang tidak fit, karena tubuh rentan terpapar berbagai jenis virus, termasuk paramyxovirus
Hindari berada dekat orang yang mengalami gejala batuk, pilek, dan demam, terlebih berbagi makanan atau alat makan dengan orang tersebut
Konsumsi Tusyifa Abato 1x dalam 3 hari, sebagai upaya pencegahan dan konsumsi 1x sehari selama 2 minggu untuk mempercepat pemulihan jika terkena penyakit ini
Meski sebagian besar infeksi paramyxovirus bersifat ringan dan mudah disembuhkan, infeksi akibat virus ini tetap dapat menyebabkan komplikasi yang serius bila daya tahan tubuh sedang lemah dan tidak segera diobati. Konsumsi ramuan tusyifa raga minimal 1x per minggu dan tusyifa lara maksimal 2x per minggu dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh.