VIRUS MARBURG
Yogyakarta, 28 Oktober 2024
'Marburg' adalah nama sebuah kota di Jerman, tempat dimana penyakit ini pertama kali (1967) ditemukan. Pada waktu itu, virus tersebut menyerang dokter hewan dan petugas laboratorium yang sedang menyiapkan biakan sel dari kera hijau Afrika (Cercopithecus aethiops). Biakan sel tersebut, rencananya akan dipakai sebagai media untuk memproduksi vaksin polio manusia. Dokter hewan dan petugas laboratorium mengalami gejala mirip demam berdarah, yang terjadi setelah kematian kera hijau tersebut akibat demam berdarah. Kera-kera hijau itu diperoleh dari hutan di Uganda, Afrika. Setelah sampai di Jerman, beberapa di antara kera hijau tersebut menunjukkan gejala mirip demam berdarah, dan kemudian mati. Selang beberapa hari setelah dokter hewan dan teknisi laboratorium itu terserang gejala seperti demam berdarah, sebanyak 25 orang yang bekerja di laboratorium tersebut mengalami sakit dengan gejala mirip demam berdarah.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, di Belgrado, Yugoslavia, terjadi penyakit yang sama pada 6 orang yang bekerja di laboratorium serupa. Tujuh dari 31 orang (di Jerman dan Yugoslavia) yang terserang demam berdarah Marburg akhirnya meninggal dunia. Sesudah kasus di Jerman dan Yugoslavia tersebut, Penyakit Marburg ditemukan di Afrika, yakni di Johanesburg (1975) pada 3 orang, di Uganda (1980), dan Kongo (1999) pada 76 orang, 56 di antaranya meninggal dunia.
Di bawah mikroskop elektron, virus Marburg terlihat seperti benang pendek, kadang-kadang melengkung pada salah satu ujungnya sehingga membentuk angka 6 atau 9. Virus yang berbentuk seperti benang, dimasukkan dalam famili Filoviridae (filo = filamen/benang). Virus Marburg dapat bertahan hidup hingga 4-5 hari pada permukaan yang terkontaminasi. Virus ini tidak stabil dalam bentuk aerosol, dengan laju inaktivasi spesifik sebesar 0,05 menit-1. Hal ini membawa kesimpulan bahwa diperlukan kontak yang relatif dekat untuk penularan virus dari manusia ke manusia, meskipun kemungkinan penularan infeksi melalui aerosol juga dapat meningkat secara signifikan jika terjadi sindrom hemoragik dengan tingkat viremia yang tinggi. Tidak hanya di Afrika, penyakit virus Marburg juga telah ditemukan di benua lain, seperti Amerika dan Eropa.
Virus ini telah lama terkendali, namun pada awal tahun 2023, ada laporan wabah penyakit virus Marburg di Guinea, Afrika Barat. Penularan virus Marburg dapat terjadi melalui perantara hewan maupun antar manusia. Orang yang berisiko tinggi terkena virus Marburg adalah keluarga atau petugas medis yang merawat penderita penyakit tersebut tanpa menerapkan protokol pencegahan dan pengendalian infeksi yang ketat. Risiko terserang penyakit virus Marburg juga meningkat pada orang yang melakukan perjalanan ke daerah dengan kasus penyakit Marburg yang tinggi atau memiliki kontak dengan kelelawar di negara/wilayah endemik.
(catatan: istilah pada wabah, disebut berdasar luasan wilayah yang terserang, dari yang sempit hingga antar benua, yaitu: cluster, epidemi, endemi dan pandemi).
Penularan Virus Marburg di Dunia
Penyakit virus Marburg menular pada manusia dari kontak cairan kelelawar terinfeksi secara berulang kali atau dalam jangka waktu lama. Virus Marburg dapat menular dari hewan ke manusia dan manusia ke manusia melalui sentuhan dengan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti:
Air liur
Keringat
Bekas muntahan
ASI
Sperma
Tinja
Urine
Virus Marburg dapat masuk melalui luka kulit, mata, hidung, atau mulut. Selain itu, virus juga dapat menyebar melalui permukaan atau benda yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang terinfeksi. Bahkan, penularan virus Marburg tidak hanya dari manusia yang masih hidup, tetapi juga penderita baru meninggal. Orang yang terinfeksi tetap dapat menularkan virus Marburg selama darah mereka mengandung virus. Hingga saat ini, infeksi virus Marburg di Indonesia dan negara sekitarnya belum terdeteksi. Namun, tidak keliru untuk mengetahui dulu tanda dan cara mencegah penyakit tersebut.
Gejala Penyakit Virus Marburg
Gejala penyakit virus Marburg dapat muncul antara 2—21 hari (masa inkubasi) setelah seseorang terpapar virus Marburg. Beberapa gejala awal yang sering muncul:
Demam tinggi
Sakit kepala parah
Tidak enak badan
Nyeri otot
Setelah gejala awal muncul, mulai hari ke-3, orang yang terinfeksi virus Marburg dapat mengalami gejala berupa:
Diare yang menetap lama
Nyeri perut
Mual dan muntah
Kemerahan di kulit yang tidak gatal
Mata cekung
Badan sangat lemas
Gelisah
Gejala berat akan terlihat pada hari ke-5 sampai ke-7. Pada fase ini, orang yang terinfeksi virus Marburg dapat mengalami perdarahan (mimisan, gusi berdarah, atau haid yang deras). Selain itu, darah juga dapat terlihat di muntah atau tinja.
Penyakit virus Marburg tergolong cepat menular dan dapat mematikan, khususnya bila gejalanya berupa dehidrasi berat, perdarahan terus-menerus, dan syok yang telat ditangani secara tepat. Sampai saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan antivirus untuk menangani penyakit virus Marburg. Untuk sementara, obat yang diberikan bertujuan untuk meringankan gejalanya, seperti cairan oralit untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare berulang atau cairan infus.
Sebagai upaya antisipasi, ada beberapa cara untuk mencegah penularan penyakit virus Marburg, yaitu:
Hindari bersentuhan dengan badan atau cairan dari kelelawar
Jangan mengonsumsi daging kelelawar, khususnya di daerah endemi dengan kasus virus Marburg
Hindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi virus Marburg
Cuci tangan secara rutin, terutama bila hendak menyentuh wajah, selesai buang air kecil atau buang air besar, dan sebelum makan
Jika memungkinkan, tunda dulu perjalanan ke wilayah yang sedang terjadi wabah
Virus Marburg memang belum terbukti ada di Indonesia, tetapi bukan berarti kita dapat menyepelekan kesehatan. Terus jaga kesehatan agar selalu terhindar dari beragam penyakit.
Untuk sedulur semua, langkah yang selama ini telah dilakukan, yaitu konsumsi ramuan tusyifa raga minimal 1x per minggu dan tusyifa lara maksimal 2x per minggu dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh, dan membantu menjaga kesehatan tubuh dari berbagai infeksi, baik virus mau pun bakteri. Karena perubahan mileu tubuh setelah konsumsi TR-TL secara berkala, dapat mempercepat proses sistim imunitas tubuh dalam menghadapi serangan virus/bakteri dari luar. Jika dirasakan ada gejala yang serupa hal tersebut di atas, dapat konsumsi Tusyifa Raga yang dicampur garam non yodium sedikit (seperti membuat oralit) 2x sehari dan Tusyifa Lara 1x sehari selama ±2 minggu (15 hari).
Tetap jaga kesehatan diri dan keluarga.
Tetap semangat 👍